I'm not as good as you say also not as bad as you think! - - - In a relationship with Allah!

Jumat, 30 Mei 2014

Bola Kura-kura in My Heart #Part1



Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama

Seorang pria lari terbirit-birit memasuki gerbang sekolah, menelusuri koridor dan terus berlari hingga ia menemukan beberapa bangku dengan kursi panjang. Nafasnya tak beraturan,  seketika itu ia langsung duduk disalah satu kursi panjang untuk menenangkan dirinya. Ia takut ada yang melihat tingkahnya tadi dan dikatakan pecundang hanya karena tak berani menghadapi orang gila yang baru saja mengejarnya diluar area sekolah barunya itu. Belum sempat ia mengatur nafasnya kembali normal, ia dikagetkan oleh seorang gadis yang tiba-tiba muncul dari bawah meja yang ia tempati.

“Wooo!!” Pria itu nyaris jatuh dari tempat duduknya.

“Hei! Apa yang kamu lakukan dibawah meja tadi?! Kamu bahkan nyaris membuatku terjatuh!” Lanjut pria itu dengan tampang kesal. Tetapi gadis itu hanya diam saja dan langsung duduk disebelah pria tersebut sambil menghela nafas kecewa seolah mengabaikan pria yang tanpa sengaja dikagetkannya barusan.

“Hei, ada apa denganmu? Kamu bahkan mengacuhkan pertanyaanku?” Pria itu memelankan volume suaranya karena melihat raut wajah gadis tersebut menggambarkan raut wajah kusut seperti ada masalah.

“Penaku hilang.” Jawab gadis itu singkat.

“Apa? Hanya karena sebuah pena kamu menjadi tampak murung begini?” Tanya pria itu seolah tak percaya, hanya kerena sebuah pena gadis itu menekuk wajah cantiknya itu menjadi kusut seperti belum disetrika. Tapi pria itu salah, gadis itu murung bukan hanya penanya yang hilang, melainkan karena kura-kura kesayangannya juga hilang. Tadi malam gadis itu mendapati rumah kaca kura-kuranya telah pecah berserakan dilantai kamarnya, payahnya kura-kura yang ia beri nama Ddangkoma persis seperti nama kura-kura peliharaan idolanya itu telah hilang entah kemana. Gadis itu telah mencarinya keseluruh ruangan, tapi hasilnya nihil. Kura-kura yang sama persis dengan kura-kura Yesung idolanya itu benar-benar menghilang.

“Tinggal beli lagi kan bisa.” Pria itu asal ceplos memberi saran.

“Mahal, kura-kura itu hadiah ulang tahunku dari kedua orang tuaku. Mereka membelinya di Korea, bahkan jenis kura-kura itu sama persis dengan kura-kura milik Yesung idolaku.”

“Korea? Kamu bahkan tak mencintai produk dalam negeri. Hei, di Indonesia ada banyaaak jenis kura-kura. Tinggal milih sesuka hati. Apa yang kamu banggakan dari Korea? Siapa tadi idolamu? Yesung? Orang Korea juga? Pakaian mini-mini gitu kamu sukai?”

“Hei! Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda bukan? Jangan memandang Negara Korea dari hal negatifnya saja, pandanglah dari segi positifnya. Aku hanya ingin memiliki apa yang idolaku miliki. Aku ingin memiliki suara emas seperti idolaku tapi nyatanya suaraku datar-datar saja. Setidaknya aku memiliki kura-kura yang sama dengan kura-kura milik idolaku.”

“Yang kamu ingin belum pasti yang terbaik untukmu, jadi diri sendiri lebih baik.” Usai mengucapkan hal itu, pria tersebut langsung pergi begitu saja tanpa pamit terlebih dahulu pada gadis tersebut. Gadis yang memiliki nama panjang Vina Nur Jayanti yang kerap disapa dengan Vina itu adalah seorang K-Poppers. Ia memiliki postur tubuh yang pas, berkulit putih, rambut sebahu, serta pemilik mata yang lentik.

Yesung member boyband Super Junior asal Korea itu adalah nama idolanya. Yesung mampu mencuri hati Vina saat ia menunjukkan perfoma terbaiknya diatas panggung dan menyanyikan lagu bersama member Super Junior yang lain dengan suara emasnya yang mampu menggetarkan hati Vina. Yesung sang pemilik tingkah konyol yang mampu membuat Vina tertawa meledak-ledak saat Vina menonton tingkah idolanya lewat video-video yang diunduhnya lewat Youtube.

Beruntungnya, gadis yang bernama Vina itu memiliki dua sahabat yang selalu men-supportnya untuk menjadi seorang K-Poppers dan selalu setia mendengarkan curhatan Vina tentang Yesung idolanya tersebut, sekalipun kedua sahabatnya itu bukan seorang K-Poppers. Sebut saja namanya Rizal dan Uwi. Bagi Vina, Rizal adalah seorang sahabat yang memiliki tampang ala Chinese yang selalu mengerti Vina dan men-support apa yang Vina selalu inginkan. Rizal adalah seorang kipper. Ia juga mengikuti pelatihan sepak bola didiklat Salatiga. Sedangkan Uwi ialah seorang sahabat yang blak-blakan dalam hal apapun, baik hati dan tak mau melihat sahabatnya terluka.


KRIIINGG.. KRIIIIIIING..
Pukul 07:00 bel sekolah berbunyi dengan nyaring, itu tandanya kegiatan belajar mengajar telah dimulai. Banyak siswa yang berhamburan masuk kedalam kelas mereka masing-masing. Vina melambaikan tangan kepada kedua sahabatnya ketika sampai didepan ruang XI2 dan segera memasuki ruangan tersebut. Sedangkan Rizal dan Uwi melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas XII2 yang berada disamping ruang kelas Vina. Vina lebih muda satu tahun dari kedua sahabatnya tersebut, sehingga ia menjadi adik kelas Rizal dan Uwi.

Saat anak kelas XII2 sedang asik mengikuti pelajaran jam pertama, tiba-tiba ada suara ketukan pintu yang mengalihkan perhatian mereka dari papan tulis menjadi tertuju pada sosok pria tampan yang berdiri diambang pintu dengan seragam putih abu-abu yang tertata rapi, tak kalah juga dengan rambutnya yang berwarna hitam yang berdiri keatas akibat gel-nya, serta tas berwarna biru yang berada dibalik punggungnya. Semua mata tertuju padanya, sebagian besar siswi kelas XII2 memasang tampang melongo karena kagum dan terpesona dengan parasnya. Tanpa banyak basa-basi, Bu Tika guru mapel dikelas Rizal dan Uwi itu langsung menyuruh pria itu masuk dan memperkenalkan diri didepan kelas, dihadapan semua murid kelas XII2.

“Hai semua, perkenalkan namaku Ravi Murdianto pindahan dari Yogyakarta. Kalian bisa memanggilku Ravi. Sekian terima kasih.” Begitu singkat perkenalan yang ia sampaikan dengan nada cuek. Sekalipun demikian, ada saja yang menanggapinya dengan genit, dan kepo. Ada yang tanya nomor hp, alamat, sudah mempunyai pacar atau belum, serta ada yang minta pin BB dan lain sebagainya. Tapi pertanyaan itu tak begitu dihiraukan pria yang bernama Ravi tersebut. Usai memperkenalkan diri, ia menuruti perintah bu Tika untuk duduk disebelah Rizal. Beruntung sekali ia satu bangku dengan Rizal, karena kebetulan Rizal adalah teman Ravi ditempat latihan sepak bolanya, tepatnya didiklat Salatiga. Jadi tak perlu banyak berkenalan karena mereka sudah saling kenal, bahkan telah mengenal sifat dan karakter masing-masing.

Aktivitas belajar mengajar telah mereka ikuti, walaupun tak sedikit siswa yang menyempatkan melirik Ravi sang murid baru itu disela-sela pelajaran berlangsung. Saat istirahat kedua tiba, Rizal buru-buru mengajak Ravi keluar kelas menuju taman sekolah sebelum Ravi dikerumuni teman-temannya yang diajukan berbagai pertanyaan yang tak bermutu seperti disaat istirahat pertama tadi. Sedangkan Uwi menghampiri Vina terlebih dahulu lalu menyusul Rizal dan Ravi ketaman.

Karena Uwi juga satu kelas dengan Ravi, pastilah mereka sudah saling kenal sejak pertama tadi. Hanya Vina yang belum mengenal Ravi, teman baru dari Rizal dan Uwi. Sesampainya ditaman, Rizal mengenalkan Vina kepada Ravi.

“Oh kamu yang namanya Vina Nur Jayanti. Seorang K-Poppers yang tadi pagi galau karena kehilangan pena dan kura-kuranyaaa.” Dengan nada sedikit menyindir.

“Iya! Kenapa memang? Ada masalah?!! Dari pada kamu nggak sopan banget, pergi seenaknya aja tanpa pamit terlebih dahulu.”

“Hei nyantai aja lagi, kan aku sekedar tanya.”

“Kamu K-Poppers juga? Kok tahu Vina anak K-Poppers juga?” Tanya Uwi penasaran.

“Nggak. Rizal sering cerita tentang sahabatnya.” Jawab Ravi singkat.

Selama istirahat berlangsung, mereka telah saling mengenal lebih dekat. Ravi dan Vina yang awalnya kaku, akhirnya dapat lebur juga hatinya berkat Rizal. Ravi yang menampakkan sifat cueknya akhirnya dapat tertawa lepas karena sifat blak-blakan Uwi dalam membuat lelucon. Ravi dan Vina sempat saling mencuri pandang, tapi segera mengalihkan pandangannya ketika mata mereka bertemu satu sama lain.

Pukul 13:30 adalah waktu dimana semua siswa mengemasi semua peralatan sekolahnya tanda pelajaran telah usai. Seperti biasa, Rizal, Vina dan Uwi pulang bareng dengan berjalan kaki untuk pulang menuju rumah mereka masing-masing. Selama perjalanan mereka selalu bersendau gurau. Entah saling mengejek atau apapun itu. Kali ini Vina keceplosan mengatakan suatu hal yang tak disangka oleh kedua sahabatnya.

“Ravi ganteng yaa..” Sedikit kata yang keluar dari mulut Vina yang mampu membuat Rizal menyipitkan matanya sambil mencondongkan mukanya kearah Vina yang memandangnya tak percaya. Rizal lebih terlihat merem ketimbang menyipitkan matanya karena dari awal mata Rizal sudah sipit, jadi ketika ia menyipitkan matanya ataupun saat ia tertawa, Rizal lebih terlihat memejamkan matanya. Maklum, tampang ala Chinese.

“Kenapa sih ngelihatnya gitu banget Zal. Ada yang salah apa?” Vina mendorong pipi Rizal yang mengganggu penglihatannya.

“Kamu menyukainyaaa??” Tanya Rizal yang masih tak percaya.

“Kenapa kalau Vina benar-benar menyukai Ravi? Kamu cemburu? Cepet-cepet move on gih Zal week.” Cibir Uwi kepada Rizal.

“Apaan sih, aku udah move on dari dulu lagiii, aku mah sekarang sukanya sama kamu.” Canda Rizal kepada Uwi sambil mengerlingkan matanya.

“Apaan sih Zal, bercandanya jelek deh.” Uwi sedikit mendorong lengan kanan Rizal.

“Haha memangnya kenapa jika kenyataannya begitu? Aku ganteng, putih, tinggi, dan muka ala Chinese ini jarang loh yang nyamain di Indonesia. Kurang apa aku coba?”

“Yaa kamu jangan tanya aku dong, tanya gih sama Vina yang pernah nolak kamu dulu.”

“Yee apaan bisa nyangkut ke aku segala. Aku kan nggak mau persahabatan kita rusak karena kamu dulu suka Rizal Uwiii.” Sahut Vina yang tiba-tiba namanya disangkut pautin.

“Hah?! Tuh kan ketahuan kamu suka akuuu wekk.” Cibir Rizal kemudian kepada Uwi.

“Nggaaakk, itu kan dulu. Lagi pula aku takut kamu playboy, gigimu aja gigi kelinci noh.” Bantah Uwi.

“Apa hubungannya dengan gigiii??” Tanya Rizal yang seolah tak menyetujuinya jika ia dibilang playboy hanya karena giginya gigi kelinci yang pada kenyataannya pacar aja nggak punya, masak iya dibilang playboy.


Waktu telah menunjukkan pukul 23:00, seolah mata Vina sulit untuk dipejamkan. Bayangan Ravi seolah selalu mengusiknya, memenuhi memori otaknya yang selalu terbayang wajah Ravi yang menari-nari dalam benaknya. Sebenarnya ia kagum dengan paras Ravi yang menawan. Dengan postur tubuhnya yang atletis, pria itu pantas menjadi pemain sepak bola. Otak gadis itu memaksanya untuk kembali memutar kejadian tadi pagi saat ia pertama kali bertemu dengan pria menyebalkan dan kejadian tadi siang disekolah saat ia tak sengaja bertatapan dengan mata elang pria menyebalkan tersebut. Sekalipun menyebalkan, entah kenapa Vina malah tertarik dengan pria tersebut. Mungkin karena sifat cueknya yang membuat Vina penasaran ingin mengetahui sifat aslinya lebih dalam.


2 minggu telah berlalu, tak memerlukan banyak waktu  untuk Ravi mengenali karakter sifat Vina, Rizal, dan Uwi, begitu juga sebaliknya. Mereka berteman baik hingga saat ini. Malam ini adalah malam minggu yang diwarnai dengan bintang-bintang yang bertebaran diangkasa seolah para bintang itu mengawasi setiap gerak-gerik manusia yang ada dibumi. Vina, Ravi, Rizal, dan Uwi berniat nongkrong di café tempat mereka biasa nongkrong. Akan tetapi Rizal dan Uwi pulang lebih awal karena ada urusan yang lebih penting. Ravi tak menyiakan moment itu begitu lewat saja, ia mulai mengungkapkan perasaannya terhadap gadis didepannya yang sedang meminum secangkir kopi.

Jatuh cinta pada pandangan pertama.” Ucap Ravi singkat.

“Uhuk uhuk…” Seketika itu Vina langsung tersedak karena mendengar perkataan Ravi.

“Mak.. maksudmu?” Tanya Vina agak terbata karena habis tersedak. Tangan Ravi meraih tangan Vina yang berada diatas meja dan meletakkannya didada pria tersebut seraya meminta Vina untuk menatap mata elang milik Ravi.

“Rasakanlah detakan jantungku, dan tataplah mataku dalam-dalam. Apakah ada kebohongan yang terselip. Jikalau ada, katakanlah padaku.” Pinta Ravi pada gadis yang ada dihadapannya.

“Aku mencintaimu, jadilah pendamping hidupku saat ini hingga akhir hayatku.” Lanjut Ravi. Seketika itu jantung Vina berdegup tak karuan, seolah seiring dengan degupan jantung pria dihadapannya yang memegang tangannya erat yang diletakkan didada pria tersebut serta menatap mata pria itu dalam-dalam seolah melihat ketulusan hati Ravi dalam mengungkapkan perasaannya pada Vina.

“Hah?? Hahahaha, kamu bercanda bukan. Pastilah kamu selalu mengatakan ini kepada setiap wanita.” Vina segera menarik tangannya serta mengeluarkan tawa anehnya karena gugup dan salah tingkah.

“Aku serius, aku bahkan belum pernah pacaran sebelumnya, kamu yang pertama yang mampu membuatku luluh.”

“Kenapa begitu? Secepat itukah? Kita bahkan belum lama kenal. Kamu yakin dengan persaanmu itu? Aku bingung dengan sikapmu. Kamu berbeda dengan Ravi yang biasanya. Biasanya kamu selalu terlihat cuek dan menyebalkan, tapi kali ini? Aku tak melihat kecuekanmu itu.” Vina kembali mengumpulkan kesadarannya dan mengontrol dirinya agar tidak terlihat salah tingkah. Ia bertanya panjang lebar dengan nada heran.

“Aku tahu banyak tentangmu lewat Rizal. Kamu tipikal orang yang perhatian. Over perhatian pada Yesung. Aku memang tak menyukai hal-hal yang berbau Korea, tapi aku iri pada Yesung. Aku juga ingin diperhatikan oleh gadis yang ada dihadapanku saat ini. Kamu juga menyukaiku bukan?” Kata Ravi yang menampakkan rasa irinya.

“Kamu hanya perlu menjawab dengan anggukan dan gelengan saja. Kumohon berilah aku jawaban.” Kata Ravi sambil menatap Vina tajam untuk meyakinkan bahwa ia sungguh-sungguh mencintai Vina. Mata Vina mulai berkaca-kaca, menahan air matanya agar tak keluar membasahi pipinya, tapi seolah air mata itu keluar dengan sendirinya tanpa dikomando.

“Hei, kenapa kamu menangis? Lihatlah keluar sana, usap air matamu. Para bintang akan marah padaku jika aku membuatmu menangis, jika kamu menolakku, kamu hanya perlu menggeleng. Aku akan mencoba menerima kenyataan.” Kata Ravi pelan dan halus yang berbeda dengan biasanya. Dan benar saja, Vina menggelengkan kepalanya dan masih dalam tangisannya.

“Terimakasih atas jawabanmu. Mungkin memang aku yang terlalu pede, kukira kamu juga menyukaiku.” Kata Ravi dengan nada kecewa dan menundukkan kepalanya.

“Aku mauu..” Jawab Vina lirih dengan volume suara yang pelan yang nyaris tak terdengar.

“Hah? Apa kamu bilang?? Tolong ulangi??” Pinta Ravi dengan nada kaget dan ingin mendengar lagi untuk memastikan bahwa ia tak salah dengar.

“Kamu kira aku menggeleng karena menolakmu? Aku menggeleng karena aku tak menyangka, pria yang selalu hadir dalam mimpiku, pria yang kukagumi dalam diam ternyata selama ini juga memperhatikanku lewat cerita sahabatku.”



Tidak ada komentar:

My Blog List

Sasuke Uchiha - Naruto